Sabtu, 28 April 2012

Budaya Jawa Tengah

Jawa tengah adalah propinsi dimana budaya jawa banyak berkembang disini karena di jawa tengah dahulu banyak kerajaan berdiri disini itu terlihat dari berbagai peninggalan candi di jawa tengah.


mahakarya yang sungguh mempesona adalah batik di jawa tengah setiap daerah mempunya corak batik tulis yang berbeda beda mereka mempunyai ciri khas sendiri sendiri selain batik ada juga kesenian yang tak kalah luar biasanaya ada wayang kulit yang sudah dia kaui dunia sebagai warisan budaya dunia oleh unesco ada juga tembang tembang (lagu lagu ) jawa yang diiringi oleh gamelan (alat musik) yang juga dikenal dengan campursariada juga ketoprak yang merupakan pertunjukan seni peran khas dari jawa.


di jawa tengah juga masih ada kerjaan yang sampai sekarang masih berdiri tepatnya dikota solo yang dikenal dengan kasunanan solo, 


Inilah  pakaian, alat musik, senjata, rumah adat dan tarian adat jawa tengah.
Sebagai Berikut :


Untuk alat musik yaitu :


Gamelan 

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa,MaduraBali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.[rujukan?]
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan diCandi BorobudurMagelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitusléndropélog, “Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak di pakai di Eropa.



Untuk Pakaian adat jawa tengah yaitu :

Kebaya

Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan Malaysia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarungbatik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni.

Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok[rujukan?] ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke MalakaJawaBaliSumatera, danSulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat.

Sebelum 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan di sana. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni.
Pakaian yang mirip yang disebut “nyonya kebaya” diciptakan pertama kali oleh orang-orang Peranakan dari Melaka. Mereka mengenakannya dengan sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang disebut “kasut manek”. Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan juga terkenal di antara wanita non-Asia.
Terpisah dari kebaya tradisional, perancang mode sedang mencari cara memodifikasi desain dan membuat kebaya menjadi pakaian yang lebih modern. Kebaya yang dimodifikasi itu malah bisa dikenakan dengan jins atau rok.

Untuk Senjata khas adatnya yaitu :

K E R I S

Keris merupakan suatu hasil olah budaya yang penyebarannya cukup
luas, di hampir seluruh daerah Nusantara dikenal keris. Ada Keris yang berasal dari Makassar, Keris
Melayu, Keris Bali, dan sebagainya, serta tentu saja Keris Jawa. Di Malaysia dan Bruneipun dapat
ditemukan keris. Bahkan Moebirman (dalam buku “Keris Senjata Pusaka”) menyatakan: “.., hanya
senjata keris yang merupakan senjata kesatuan budaya Indonesia, dan terdapat hampir di seluruh
pelosok kepulauan Nusantara kita”.


Untuk Tarian adatnya yaitu :

Tari Merak

Tari Merak merupakan tarian kreasi baru dari tanah Pasundan yang diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950an dan dibuat ualng oleh dra. Irawati Durban pada tahun 1965 . Banyak orang salah kaprah mengira jika tarian ini bercerita tentang kehidupan dan keceriaan merak betina, padahal tarian ini bercerita tentang pesona merak jantan yang terkenal pesolek untuk menarik hati sang betina.
Sang jantan akan menampilkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna-warni untuk menarik hati sang betina. Gerak gerik sang jantan yang tampak seperti tarian yang gemulai untuk menampilkan pesona dirinya yang terbaik sehingga sang betina terpesona dan melanjutkan ritual perkawinan mereka.
Setiap gerakan penuh makna ceria dan gembira, sehingga tarian ini kerap digunakan sebagai tarian persembahan bagi tamu atau menyambut pengantin pria menuju pelaminan.
Kostumnya yang berwarna warni dengan aksen khas burung merak dan ciri khas yang paling dominan adalah sayapnya dipenuhi dengan payet yang bisa dibentangkan oleh sang penari dengan satu gerakan yang anggun menambah indah pesona tarian ini, serta mahkota yang berhiaskan kepala burung merak yang disebut singer yang akan bergoyang setiap penari menggerakkan kepalanya.
Dalam setiap acara tari Merak paling sering ditampilkan terutama untuk menyambut tamu agung atau untuk memperkenalkan budaya Indonesia terutama budaya Pasundan ke tingkat Internasional. 

Untuk Rumah adatnya yaitu :

Rumah Joglo

Rumah Joglo ini kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. Hal ini disebabkan rumah bentuk joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan mahal daripada rumah bentuk yang lain. Masyarakat jawa pada masa lampau menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran, serta orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Dewasa ini rumah joglo digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor.

Banyak kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat rumah bentuk joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih banyak, juga membutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah tersebut mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki.

Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun turut berpengaruh, terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang tua kepada anaknya. Jika keturunan seseorang yang memiliki rumah bentuk joglo mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harus memperbaiki serta harus mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biaya secukupnya. Ini akan menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatu kepercayaan, bahwa pengubahan bentuk joglo pada bentuk yang lain merupakan pantangan sebab akan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya, misalnya menjadi melarat, mendatangkan musibah, dan sebagainya.
Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar. Pada mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atas makin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagian samping, sehingga tiang di tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalami perubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya bersifat sekedar tambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat perubahan konstruksi.
Dari perubahan-perubahan tersebut timbulah bentuk-bentuk rumah joglo yang beraneka macam dengan namanya masing-masing. Adapaun, jenis-jenis joglo yang ada, antara lain : joglo jompongan, joglo kepuhan lawakan, joglo ceblokan, joglo kepuhan limolasan, joglo sinom apitan, joglo pengrawit, joglo kepuhan apitan, joglo semar tinandu, joglo lambangsari, joglo wantah apitan, joglo hageng, dan joglo mangkurat.




Inilah sebagian Tradisi jawa tengah.
Sebagai berikut :

DugDeran 

Dugderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang, dulu dugderan merupakan sarana informasi Pemerintah Kota Semarang kepada masyarakatnya tentang datangnya bulan Ramadhan. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder, diambil dari perpaduan bunyi dugdug, dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan derr.
Kegiatan ini meliputi pasar rakyat yang dimulai sepekan sebelum dugderan, karnaval yang diikuti oleh pasukan merahputih, drumband, pasukan pakaian adat “BINNEKA TUNGGAL IKA” , meriam , warak ngendok dan berbagai potensi kesenian yang ada di Kota Semarang. Ciri Khas acara ini adalah warak Ngendok sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga kulit sisik emas, visualisasi warak ngendok dibuat dari kertas warna – warni. Acara ini dimulai dari jam 08.00 sampai dengan maghrib di hari yang sama juga diselenggarakan festival warak dan Jipin Blantenan.

Sejarah “Dugder”
Sudah sejak lama umat Islam berbeda pendapat dalam menentukan hari dimulainya bulan Puasa, masing-masing pihak biasanya ingin mempertahankan kebenarannya sendiri-sendidi, hal tersebut sering menimbulkan beberapa penentuan dimulainya puasa ini mendapat perhatian yang berwajib. Hal ini terjadi pada tahun 1881 dibawah Pemerintah Kanjeng Bupari RMTA Purbaningrat.Beliaulah yang pertama kali memberanikan diri menentukan nulainya hari puasa, yaitu setelah Bedug Masjid Agung dan Maeriam di halaman Kabupaten dibunyikan masing-masing tiga kali. Sebelum membunyikan bedug dan meriam tersebut, diadakan upacara dihalaman Kabupaten

Adanya upacara Dug Der tersebut makin lama makin menarik perhatian masyarakat Semarang dan sekitarnya, menyebabkan datangnya para pedagang dari berbagai daerah yang menjual bermacam0macam makanan, minuman dan mainan anak-anak seperti yang terbuat dari tanah liat ( Celengan, Gerabah), mainan dari bambu ( Seruling, Gangsingan), mainan dari kerta (Warak Ngendog)

Prosesi “Dugder”
Meskipun jaman sudah berubah dan berkembang namun tradisi Dug Der masih tetap dilestarikan. Walaupun pelaksanaan Upacara Tradisi ini sudah banyak mengalami perubahan, namun tidak mengurangi makna Dug Der itu sendiri. Penyebab perubahan pelaksanaan antara lain adalah pindahnya Pusat Pemerintahan ke Balaikota di Jl Pemuda dan semakin menyempitnya lahan Pasar Malam, karena berkembangnya bangunan-bangunan pertokoan di seputar Pasar Johar.Upacara Tradisi Dug Der sekarang dilaksanakan di halaman Balaikota dengan waktu yang sama, yaitu sehari sebelum bulan Puasa. Upacara dipimpin langsung oleh Bapak Walikota Semarang yang berperan sebagai Adipati Semarang.Setalah upacara selesai dilaksnakan, dilanjutkan dengan Prosesi/Karnaval yang diikuti oleh Pasukan Merah Putih, Drum band, Pasukan Pakaian Adat “ Bhinneka Tunggal Ika “, Meriam, Warak Ngendog dan berbagai kesenian yang ada di kota Semarang.



Ruwatan Tradisi adat jawa tengah :

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata ruwatan adalah upacara membebaskan orang dari nasib buruk yang akan menimpa, sedangkan meruwat adalah memulihkan kembali sebagai keadaan semula.
Sesungguhnya Ruwatan adalah tradisi adat jawa tengah yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, namun pada kenyataannya banyak mayrakat di luar Jawa Tengah yang melakukannya. Walaupun sudah hidup di era modern seperti saat ini, tradisi ruwataan seolah tak lekang oleh waktu.
Masyarakat jawamasih banyak yang percaya dan melakukan prosesi ruwatan ini. Mereka percaya bahwa orang-orang yang sedang dalam sukerta atau kesusahan akan dimangsa oleh Batara Kala, yaitu sosok yang mewakili kejahatan di bumi berwujud raksasa besar yang kejam dan menakutkan serta suka memangsa.
Oleh karena itu, orang-orang sukerta ini harus diselamatkan dengan cara melakukan prosesi spiritual dengan cara diruwat agar sengkalaatau kesialan hidupnya dapat dibuang. Supaya selanjutnya bisa hidup selamat sejahtera dan bahagia.


Ruwatan Murwakala
Di antara jenis ruwatan yang ada, ruwatan Murwakala adalah yang paling terkenal dan lazim dilakukan. Dalam ruwatan ini, seorang dalang akan melakukan penyiraman air suci dan pengguntingan rambut para peserta ruwat dan kemudian rambut tersebut akan dilarung ke laut.
Setelah itu, dipergelarkan wayang kulit dengan cerita Murwakala, yaitu orang-orang yang diselamatkan hidupnya dari ancaman Betara Kala dengan cara diruwat. Dalang yang memimpin prosesi ini adalah dalang yang sudah menjalani tirakat sebelum ruwatan dilaksanakan. Biasanya, ruwatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Syuro atau 1 Muharam.

Proses Persiapan
Ada beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum upacara ruwatan dimulai, yaitu:
·       Beraneka macam sesaji sudah tersedia.
·       Upacara harus dipimpin dalang sepuh yang telah melakukan tirakat sebelumnya.
·       Panggung untuk pagelaran wayang kulit berikut gamelan, penabuh dan pesindennya.
·       Sukerta atau para peserta ruwat harus berpakaian serba putih bersih yang merupakan simbol kesucian.
·       Para orangtua sukerta harus berpakaian adat Jawa lengkap.

Proses Pelaksanaan
·       Serah terima para sukerta antara perwakilan orangtua sukerta dengan Ki Dalang menandakan bahwa mereka sudah siap untuk diruwat. Pada saat acara serah terima ini berlangsung, aroma dupa yang menusuk akan segera terasa sehingga menambah sakral suasana.
·       Setelah acara serah terima selesai, para sukerta dipersilakan duduk di belakang kelir wayang. Cara duduk para sukerta ini selama pagelaran wayang berlangsung haruslah duduk bersila bukan duduk sembarangan sesuka hati.
·       Selama pagelaran wayang berlangsung, para sukerta harus menyimak semua yang diucapkan Ki dalang seperti cerita Murwakala dari Ki Dalang, nasihat, kidung, doa dan mantra dan dilarang ngobrol atau tindakan yang tidak sopan lainnya.


Sumber :






Tidak ada komentar:

Posting Komentar