BAB I
1. Latar
Belakang
Dunia usaha di Indonesia saat ini sudah maju, bisa dilihat dari semakin
banyaknya berdiri usaha-usaha baru yang didirikan oleh masyarakat. Salah satu
aspek penting pada suatu perusahaan adalah Sistem Pengendalian Internal. Karena
suatu perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya Sistem
Pengendalian Internal yang baik.
Sistem Pengendalian Internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi
aktiva dari penyalahgunaan. Sistem Pengendalian Internal dapat digunakan lebih
efektif untuk mencegah penggelapan atau penyimpangan. Pada suatu perusahaan,
pengendalian internal sangat dibutuhkan mengingat faktor-faktor yang meliputi
luas dan entitas perusahaan yang sangat kompleks. Hal ini mengakibatkan
manajemen harus percaya pada laporan-laporan serta analisis untuk operasi
pengendalian Internal yang efektif.
Pada Sistem Pengendalian Internal juga terdapat elemen-elemen penting yang juga
harus ditanamkan pada tiap perusahaan yaitu lingkungan pengendalian, sistem
akuntansi, dan pengendalian prosedur. Kas merupakan alat pembayaran yang siap
dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaaan. Kas perlu
dikendalikan agar dapat terlindungi dari hal-hal yang dapat merugikan kas
perusahaan. Hal ini dikarenakan Kas merupakan harta lancar perusahaan yang
sangat menarik dan mudah diselewengkan,dan banyak transaksi perusahaan yang
menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas. Karena itu, diperlukan adanya
pengendalian internal yang baik.
BAB II
Secara umum, Pengendalian Intern merupakan bagian dari masing-masing sistem yang
dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan
operasional perusahaan atau organisasi
tertentu.
Sedangkan Sistem Pengendalian Intern merupakan
kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling
mendukung satu dengan yang lainnya.
Di lingkungan perusahaan,
pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh
pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang untuk
memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum
dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :
a) Ke-efektif-an dan efisiensi operasional perusahaan
b) Pelaporan Keuangan yang handal
c) Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :
a) Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
b) Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun interim.
c) Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah taati dan dipatuhi dengan semestinya.
Struktur Pengendalian Intern
Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu :
(1). Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajmene di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
(2). Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
(3). Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan. Meliputi : aktifitas-aktifitas persetujuan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, inspeksi atas kinerja operasional, keamanan sumberdaya (aset), pemisahan tugas dan tanggung jawab.
(4). Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.
(5). Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi.
Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).
Istilah-istilah penting dalam Pengendalian Intern
Kondisi Terlaporkan (Reportable Condition)
Istilah lainnya adalah Defisiensi Signifikan, kedua istilah ini dipergunakan dalam mendefinisikan suatu kondisi yang defisiensi secara signifikan di dalam rancangan atau operasional atas pengendalian intern yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam melakukan pencatatan, proses, mengkompilasi dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen di dalam laporan keuangan perusahaan. Defisiensi signifikan yang luas dapat mengakibatkan Kelemahan Material (Material Weakness).
Kelemahan Material (Material Weakness)
Didefinisikan sebagai kondisi yang terlaporkan dimana rancangan atau opersional dari salah satu atau lebih pengendalian intern-nya tidak mampu mengurangi atau menurunkan suatu resiko ringan atau salah penyajian yang disebabkan oleh kesalahan atau penggelapan yang jumlahnya relatif material kaitannya dengan laporan keuangan yang jika di audit akan dapat ditemukan, akan tetapi tidak terdeteksi dalam periode yang sama oleh pegawai dalam pelaksanaan pekerjaan secara normal.
Kompensasi Pengendalian (Compensating Control)
Ada beberapa perusahaan yang karena skala usahanya memang termasuk kecil, mengakibatkan perusahaan tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengendalian intern yang sederhana sekalipun (misalnya : pemisihan tugas atau fungsi). Adalah penting bagi manajemen untuk melakukan kompensasi terhadap bagian yang pengendaliannnya lemah atau tidak dapat berjalan untuk suatu kurun waktu tertentu. Dalam hal internal manajemen telah melakukan kompensasi untuk menutupi kelemahan pengendalian tersebut, internal auditor seharusnya tidak melaporkan kelemahan tersebut sebagai material weakness, bahkan reportable condition sekalipun, hendaknya disesuaikan dengan sekala perusahaan.
Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
Penting untuk dipahami bahwa : Sistem Pengendalian Intern yang efektifTIDAK MEMBERIKAN JAMINAN ABSOLUT akan tercapainya tujuan perusahaan. Secara sederhananya dapat dikatakan bahwa SITEM PENGENDALIAN YANG HANDAL TIDAK BISA MENGUBAH MANAJER YANG BURUK MENJADI BAGUS. Akan tetapi Sistem Pengendalian Intern yang handal dan efektif dapat memberikan informasi yang tepat bagi manajer maupun dewan direksi yang bagus untuk mengambil keputusan maupun kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif pula.
Kondisi Terlaporkan (Reportable Condition)
Istilah lainnya adalah Defisiensi Signifikan, kedua istilah ini dipergunakan dalam mendefinisikan suatu kondisi yang defisiensi secara signifikan di dalam rancangan atau operasional atas pengendalian intern yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam melakukan pencatatan, proses, mengkompilasi dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen di dalam laporan keuangan perusahaan. Defisiensi signifikan yang luas dapat mengakibatkan Kelemahan Material (Material Weakness).
Kelemahan Material (Material Weakness)
Didefinisikan sebagai kondisi yang terlaporkan dimana rancangan atau opersional dari salah satu atau lebih pengendalian intern-nya tidak mampu mengurangi atau menurunkan suatu resiko ringan atau salah penyajian yang disebabkan oleh kesalahan atau penggelapan yang jumlahnya relatif material kaitannya dengan laporan keuangan yang jika di audit akan dapat ditemukan, akan tetapi tidak terdeteksi dalam periode yang sama oleh pegawai dalam pelaksanaan pekerjaan secara normal.
Kompensasi Pengendalian (Compensating Control)
Ada beberapa perusahaan yang karena skala usahanya memang termasuk kecil, mengakibatkan perusahaan tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengendalian intern yang sederhana sekalipun (misalnya : pemisihan tugas atau fungsi). Adalah penting bagi manajemen untuk melakukan kompensasi terhadap bagian yang pengendaliannnya lemah atau tidak dapat berjalan untuk suatu kurun waktu tertentu. Dalam hal internal manajemen telah melakukan kompensasi untuk menutupi kelemahan pengendalian tersebut, internal auditor seharusnya tidak melaporkan kelemahan tersebut sebagai material weakness, bahkan reportable condition sekalipun, hendaknya disesuaikan dengan sekala perusahaan.
Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
Penting untuk dipahami bahwa : Sistem Pengendalian Intern yang efektifTIDAK MEMBERIKAN JAMINAN ABSOLUT akan tercapainya tujuan perusahaan. Secara sederhananya dapat dikatakan bahwa SITEM PENGENDALIAN YANG HANDAL TIDAK BISA MENGUBAH MANAJER YANG BURUK MENJADI BAGUS. Akan tetapi Sistem Pengendalian Intern yang handal dan efektif dapat memberikan informasi yang tepat bagi manajer maupun dewan direksi yang bagus untuk mengambil keputusan maupun kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif pula.
SISTEM PENGENDALIAN INTERN YANG EFEKTIF BUKAN MERUPAKAN JAMINAN AKAN KESUKSESAN BAHKAN KELANGSUNGAN HIDUP PERUSAHAAN SEKALIPUN.
SISTEM PENGENDALIAN INTERN BERFUNGSI SEBAGAI PENGATUR SUMBERDAYA YANG TELAH ADA UNTUK DAPAT DIFUNGSIKAN SECARA MAKSIMAL GUNA MEMPEROLEH PENGEMBALIAN (GAINS) YANG MAKSIMAL PULA dengan pendekatan perancangan yang menggunakan ASAS COST-BENEFIT.
Suatu sistem handal macam apapun selalu memiliki celah kelemahan. SISTEM PENGENDALIAN INTERN pun bisa dimanfaatkan oleh personil tertentu untuk kepentingan pribadinya dengan mengeksploitasi kelemahannya.
Pihak-pihak Yang Bertanggungjawab Terhadap Sistem Pengendalian Intern
Semua pihak di dalam perusahaan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem pengendalian intern. Namun demikian, secara struktural pihak-pihak yang bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam perancangan dan pengawasan Sistem Pengendalian Intern meliputi :
Chief Executive Officer (CEO)
Chief Financial Officer (CFO)
Controller / Director Of Accounting & Financial
Internal Audit Comitee
ANALISIS
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGGAJIAN KARYAWAN
PADA BMT AL IKHLAS YOGYAKARTA
Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern ( Meliputi struktur organisasi dan semua metode dan
alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan
untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Dari definisi di atas dapat
kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern : Menjaga kekayaan
organisasi. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi. Mendorong
efisiensi. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dilihat dari tujuan
tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu
Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls) dan Pengendalian Intern
Administratif (Feedback Controls). Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk
mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan
perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi.
Tujuan Sistem
Pengendalian Intern
Alasan perusahaan untuk
menerapkan sistem pengendalian intern adalah untuk membantu pimpinan agar
perusahaan dapat mencapai tujuan dengan efisien. Tujuan pengendalian intern
adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan
tujuan: keandalan informasi keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi.
Sejarah dan
Perkembangan BMT Al Ikhlas Yogyakarta
Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
lahir sebagai salah satu solusi alternatif di kalangan masyarakat muslim karena
adanya pertentangan mengenai bunga atau riba. Kehadiran BMT diharapkan mampu
membantu masyarakat muslim terbebas dari praktik bunga atau riba yang dilakukan
oleh bank-bank konvensional. Dalam operasinya BMT tidak menggunakan sistem
bunga atau riba dalam pembagian keuntungannya tetapi menggunakan sistem bagi
hasil yang berdasarkan keadilan. BMT Al Ikhlas adalah suatu lembaga keuangan
syariah yang system operasionalnya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah
Islam. Ide untuk mendirikan BMT ini muncul setelah adanya pendidikan dan
pelatihan (diklat) Manajemen Zakat dan Ekonomi Syariah (MZES) angkatan ke tiga
yang diadakan oleh Dompet Dhuafa pada awal November 1994. Waktu itu diklat
tersebut dihadiri oleh Bapak Sumiyanto. Kepahaman akan system syariah dan
tuntutan keadaan pada waktu itu membuat beliau mulai berfikir untuk
merealisasikan semua ide yang baru sampai pada tahap pemikiran saja. Dengan dukungan
beberapa orang teman yang punya ketertarikan yang sama, akhirnya mereka sepakat
untuk mendirikan BMT dengan persiapan yang sangat sederhana dan modal awal yang
bias dikatakan jauh dari cukup dan BMT tersebut mereka beri nama BMT Al Ikhlas.
BMT Al Ikhlas didirikan pada tanggal 1 Februari 1995 oleh tim Yayasan
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Umat (YP2SU) yang terdiri dari empat
orang. Menurut peraturan yang ada untuk mendirikan sebuah BMT yang ideal harus
dimulai dengan modal awal sebanyak Rp 5.000.000. Sementara BMT Al Ikhlas
memulai usahanya dengan dukungan modal ala kadarnya dan semangat yang tinggi.
Pada awalnya BMT Al Ikhlas hanya mempunyai modal mandiri sebanyak Rp 500.000
ditambah dana dari Dompet Dhuafa Republika sebesar Rp 1.000.000 serta
seperangkat alat komputer. Waktu itu BMT Al Ikhlas beralamatkan di Pogung Baru
Blok A-17 Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi ini karena ingin memberikan
pelayanan yang lebih baik bagi nasabah potensial mereka yaitu para mahasiswa
terutama untuk nasabah tabungannya, karena memang daerah ini dan sekitarnya
mayoritas dihuni oleh para mahasiswa., tetapi bukan berarti BMT Al Ikhlas
nasabahnya hanya para mahasiswa tapi masyarakat umum juga ada.
Sistem Pengendalian
Intern dalam Sistem Penggajian Karyawan
Unsur-unsur pengendalian
intern penggajian karyawan BMT Al Ikhlas Yogyakarta meliputi :
A. Aspek organisasi
Struktur organisasi yang
memisahkan tugas dan tanggungjawab fungsional secara tegas merupakan bagian
penting perusahaan untuk melakukan kegiatan pokok perusahaan. Pemisahan fungsi
yang jelas pada masing-masing bagian bertujuan untuk mengetahui secara jelas
dan pasti sesuai dengan kedudukannya di dalam struktur organisasi. Organisasi
yang telah memisahkan tanggungjawab serta memberikan kewenangan terhadap
masing-masing bagian terkait dengan proses pelaksanaan prosedur penggajian pada
BMT Al Ikhlas.
Yogyakarta ditunjukkan dengan
adanya :
1) Pemisahan fungsi pembuat
daftar gaji dari fungsi keuangan,
2) Pemisahan fungsi pencatatan
waktu hadir dari fungsi pembuat daftar gaji.
Fungsi pembuat daftar gaji
dipegang oleh bagian penggajian yaitu manajer SDM pusat, fungsi keuangan
dipegang oleh bagian keuangan, fungsi pencatatan waktu hadir yang menggunakan
system software dipegang oleh bagian akunting.
B. Aspek sistem otorisasi
Sistem otorisasi yang berlaku
pada BMT Al lkhlas Yogyakarta adalah :
1) Presensi sebagai pedoman
pembuatan daftar gaji diotorisasi oleh fungsi pencatat waktu yang dipegang oleh
bagian akunting.
2) Dalam daftar gaji karyawan
harus memiliki SK pengangkatan sebagai karyawan BMT Al Ikhlas, ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang dalam hal ini ketua pengurus BMT Al Ikhlas
Yogyakarta.
3) Setiap perubahan gaji
karyawan atau perubahan unsur yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung penghasilan
karyawan diotorisasi oleh yang berwenang dalam hal ini manajer SDM pusat.
4) Setiap potongan gaji selain
dari pajak penghasilan karyawan didasarkan atas surat potongan gaji dan
diotorisasi oleh fungsi keuangan.
5) Daftar gaji tidak
diotorisasi oleh fungsi personalia.
6) Bukti kas keluar untuk
pembayaran gaji diotorisasi oleh fungsi akuntansi.
C. Aspek prosedur pencatatan
Prosedur pencatatan yang
berlaku pada BMT Al Ikhlas Yogyakarta adalah :
1) Adanya perubahan data yang
tercantum dalam catatan penghasilan karyawan direkonsiliasi dengan daftar gaji
karyawan.
2) Tarif gaji yang tercantum
dalam kartu penghasilan diverifikasi ketelitiannya oleh fungsi akuntansi.
d. Aspek praktik yang sehat.
Praktik yang sehat dalam
melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi pada BMT Al Ikhlas
Yogyakarta ditunjukkan dengan :
1) Fungsi pencatatan waktu
yang dipegang oleh bagian akunting mengawasi sistem software pencatatan presensi karyawan.
2) Pembuatan daftar gaji
diverifikasi kebenaran dan ketelitian perhitungannya oleh fungsi akuntansi
sebelum dilakukan pembayaran.
3) Catatan penghasilan
karyawan disimpan oleh fungsi pembuat daftar gaji yang dipegang oleh manajer
SDM pusat.
Penggajian Karyawan
BMT Al Ikhlas Yogyakarta
Fungsi-fungsi yang terkait
dengan sistem penggajian karyawan di BMT Al Ikhlas antara lain fungsi
pencatatan presensi, fungsi administrasi personalia, fungsi penggajian, dan
fungsi teller. Hasil
analisis yang didapat menunjukkan bahwa BMT Al Ikhlas telah memisahkan tugas
dan tanggungjawab fungsional pada masing-masing bagian. Secara system
pengembangan, fungsi personalia dihandle langsung oleh manajemen pusat.
Fungsi penggajian dipegang langsung oleh manajer SDM mengingat bentuk struktur
organisasi BMT yang simpel. Hal tersebut memudahkan manajer untuk melakukan
kontrol terhadap masing-masing fungsi yang berkaitan dengan penggajian.
Penilaian terhadap
Jaringan Prosedur Sistem Penggajian Karyawan BMT Al Ikhlas Yogyakarta
BMT Al Ikhlas Yogyakarta hanya
menggunakan jaringan prosedur yang membentuk sistem penggajian. Jaringan
prosedur penggajiannya terdiri dari prosedur pencatatan presensi karyawan,
prosedur administrasi personalia, prosedur penggajian oleh manajer SDM,
prosedur pembayaran gaji. Hasil analisis jaringan prosedur penggajian karyawan
di BMT Al Ikhlas.
Penilaian terhadap
Sistem Pengendalian Intern dalam Sistem Penggajian Karyawan di BMT Al Ikhlas
Yogyakarta
Penilaian untuk mengetahui
memadai atau tidaknya system pengendalian intern dalam sistem penggajian
karyawan di BMT Al Ikhlas Yogyakarta, dilakukan dengan membandingkan antara
kenyataan yang ada dengan teori. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kuisioner dengan mengajukan daftar pertanyaan mengenai
elemen-elemen unsur system pengendalian intern penggajian kepada pihak
pelaksana penggajian karyawan di BMT Al Ikhlas Yogyakarta dengan format seperti
dalam lampiran.
Analisa sistem
pengambilan intern yang meliputi struktur
organisasi, uraian
tugas, sistem dan proseduryang telah ada.
Didalam struktur
organisasi yang menganut sistem
pengendalian intern
yang baik harus ada pemisahan fungsi
yang jelas antara
fungsi-fungsi berikut ini:
o Fungsi otorisasiI
dilaksanakan oleh pimpinan perusahaan.
o Fungsi
pencatatan, dilaksanakan oleh bagian accounting.
o Fungsi
penyimpanan, dilaksanakan oleh bagian keungan.
o Fungsi pengawasan, dilaksanakan oleh auditor.BAB III
3.1 Kesimpulan
Sistem pengendalian intern merupakan sebuah sistem dalam perusahaan untuk
menjaga dan mengembangkan sebuah perusahaan dimana terdapat penanggung jawab
dalam pelaksanan sistem pengendalian intern adalah Chief Executive Officer ,
Chief Financial Officer , Controller, Internal Audit Comitee. Dan intern juga
terdapat semua kompinen dari pengawasan, pengendalian resiko dan lain
sebagainya.
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/11/sistem-pengendalian-intern-spi-basic.html
http://erlovely.wordpress.com/2010/11/24/sistem-pengendalian-intern/
idb4.wikispaces.com/
http://acakacik.blogspot.com/2013/02/sistem-pengendalian-intern.html
http://www.ilmu-ekonomi.com/2012/04/pengertian-pengendalian-intern-serta.html
http://dita88.multiply.com/journal/item/25/ANALISIS_SISTEM_PENGENDALIAN_INTERNAL?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar