·
Manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan
segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami
kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik
positif maupun negatif.
Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari segi intelektual relatif.
Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia) yang merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari segi intelektual relatif.
Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia) yang merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang
unik. Dan dapat di pandang dari banyak segi. Dalam ilmu eksakta, manusia
dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk
jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia). Manusia
merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama
lain dan merupakan kumpulan dari energy (ilmu fisika). Manusia merupakan
mahkluk biologis yang tergolong dalam golongan mahkluk mamalia (biologi). Dalam
ilmu-ilmu sosial manusia merupakan mahkluk yang ingin memperoleh keuntungan
atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus
(ilmu ekonomi). Manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri(sosiologi).mahkluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik),
mahkluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat) dan lain
sebagainya.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk
menjelaskan tentang unsure-unsur yang membangun manusia :
1) Manusia terdiri dari
empat unsur yang saling terkait, yaitu :
A. Jasad,
yaitu : badan kasar manusia yang Nampak pada
luarnya, dapat diraba dan difoto, dan menempati ruang dan waktu
B. Hayat,
yaitu : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan
gerak
C. Ruh,
yaitu : bimbingan dan pimpinan Tuhan,
daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan
pencipta yang bersifat konseptual yang jadi pusat lahirnya kebudayaan
D. Nafs,
yaitu : kesadaran tentang diri sendiri
2) Manusia sebagai satu
kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
A. Id,
yang merupakan struktur kepribaadian yang paling primitif dan paling
tidak nampak. Id merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukan
cirri alami yang irrasional, yang secara instingtual menentukan proses-proses
ketidaksadaran (unconcius). Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri,
tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi
mediator antara insting Id dengan dunia luar.
B. Ego,
merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali di bedakan dari
Id, sering kali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena perannya dalam
menghubungkan energy Id kedalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang
lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan dua tahun, pada saat anak
secara nyata berhubungan dengan lingkungannya. Ego diatur oleh prinsip
realitas, ego sadar akan tuntunan lingkungan luar, dan mengatur tingkah lau
sehingga dorongan instingtual Id dapat dipuaskan dengan cara yang dapat
diterima.
C. Superego,
meruoakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia 5
tahun. Dibandingan dengan Id dan Ego, yang berkembang secara internal dalam
diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego
merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah
agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri.
·
Hakekat
Manusia
A. Mahkluk
ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tumbuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba,
dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal,
tubunhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh, tidak dapat
dilihat,tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi, jika manusia
meninggal jiwanya lepas dari tubuh dan kembali keasalnya yaitu Tuhan, dan jiwa
tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia
sebagai peenggerak dan sumber kehidupan.
B. Mahkluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahkluk lainnya.
Kesempurnaan terletak pada abad dankebudayaannya,
karena manusia dilengkapi oleh penciptannya dengan akal, perasaan, dan kehendak
yang terdapat dalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan
manusia dan mempertimbangkan, menilai dan berkehendakmenciptakan kebenaran,
keindahan, kebaikan atau sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia
mampu menciptakan kesenian. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya
terdapat pada manusia misalnya :
1. Perasaan
intelektual, yaitu perasaan yang berkenan dengan pengetahuan.
2. Perasaan
estetis, yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan
3. Perasaan
etis, yaitu perasaan yang berkenan dengan kebaikan
4. Perasaan
diri, yaitu perasaan yang berkeknan dengan harga diri karena ada kelebihan dari
yang lain
5. Perasaan
sosial, yaitu perasaan yang berkenan dengan kelompok atau korp atau hidup
bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain
6. Perasaan
religius, yaitu perasaan yang berkenan dengan agama atau kepercayaan
C. Mahkluk
biokultural, yaitu mahkluk hayati dan budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atu
interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Swebagai mahkluk hayati, manusia
dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia,
psikobiologi, patalogi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan
kemasyarakatannya, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi,
perkakas,bahasa, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain
adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu
yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan
kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia
berbudaya .
Manusia memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari
makhluk lainnya, manusia juga memiliki akal yang dapat memperhitungkan
tindakannya melalui proses belajar yang terus-menerus. Oleh karena
itu manusia harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan
pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia
harus memiliki ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan
ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak,
antara kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam
lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang. Agar hasil dari pendidikan,
yakni kebudayaan dapat diimplementasikan dimasyarakat.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah
dipandang sebagai motivator terwujudnya budaya yang tinggi. Selain itu
pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan
yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun
bagi bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas
manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara
tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang
tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
·
Kepribadian
Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter
yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia &
Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang
terdapat di daerah Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan
kepribadian yang mempunyai sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang
tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan
aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk
sambil memegang poster protes dan di negara Thailand, mereka berdemokrasi
dengan tertib dan damai. Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur
kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian.
Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan negara tersebut
memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia khususnya
daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan
terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi
orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun.
Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas
kepribadian yang unik. Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental
dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara
tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia
masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari
masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas
daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong.
·
Bagan Psiko – Sosiogram Manusia
Ket:
I.
Nomor 7 dan nomor 6 disebut daerah tak
sadar dan sub sadar. Kedua lingkaran itu berada di daerah pedalaman dari alam
jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke
dalam, sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan.
II.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tak
dinyatakan (unexpressed conscious). Lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran
dan gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu yang bersangkutan, tetapi
siapapun juga dalam lingkarannya.
III.
Nomor 4 disebut kesadaran yang
dinyatakan (expressed conscious). Lingkaran ini di dalam alam jiwa manusia
mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan yang dapat
dinyatakan secara terbuka oleh si individu kepada sesamanya, yang dengan mudah
diterima dan dijawab oleh sesamanya.
IV.
Nomor 3 disebut limgkaran hubungan
karib, mengandung konsepsi tentang orang-orang, binatang-binatang, atau
benda-benda yang oleh si individu diajak bergaul secara mesra dan karib, yang
bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila
ia sedang terkena tekananbatin atau dikejar-kejar oleh kesedihan dan oleh
masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
V.
Nomor 2 disebut lingkaran hubungan
berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap sayang dan mesra, melainkan ditentukan
oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang atau benda-benda itu bagi dirinya.
VI.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jarak
jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia,
benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan
masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh
langsung terhadap kehidupan sehari-hari.
VII.
Nomor 0 disebut lingkaran dunia luar,
terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan yang hampir sama dengan
lingkaran nomor 1, hanya bedanya terdiri dari pikiran-pikiran dan
anggapan-anggapan tentang orang dan hal yang terletak di luar masyarakat dan
negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa
bodoh.
·
Pengertian
Kebudayaan
kata Kebudayaan berasal darikata kultur yang dalam
kata Latin adalah cultura (kata kerjanya, colo,colore) dan artinya memelihara
atau mengerjakan, mengolah. Pengertianini berkembang menjelang abad 18 melalui
karangan Herder tentangsejarah semesta, Ideen zur Geschichte der Menscheit, dan
terutamakarangan Klem berjudul Allgemeine Culturgesschichte der Menscheit.Dalam
analisa kedua tokoh ini perkataan kultur atau kebudayaan dalamarti yang modern
mendapat arti tingkat kemajuan, yaitu tingkat pengerjaanatau pengolahan yang
dicapai manusia pada suatu ketika dalam perjalanansejarah.Lebih jauh
Alisjahbana menyebutkan bahwa terdapat 7 (tujuh)penggolongan defenisi
kebudayaan, yakni pertama menekankankenyataan, bahwa kebudayaan itu adalah
suatu keseluruhan yangkompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda
seperti pengetahuan,kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala
kecakapan yanglain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kedua,menekankan sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagaiwarisan
sosial atau tradisi. Ketiga, menekankan segi kebudayaan yangnormatif, yakni
kebudayaan sebagai cara, aturan dan jalan hidup manusia. Disini juga ditekankan
cita-cita, nilai-nilai dan kelakukan. Keempat,pendekatan secara Psikologi, kebudayaan
sebagai penyesuaian manusiakepada sekitarnya. Dalam hal ini, Summer dan Keller
yang menekankanpenyesuaian manusia pada keadaan dan syarat-syarat
hidupnya.Sedangkan Kroeber dan Kluckhohn menekankan usaha belajar danpembiasaan
serta defenisi yang bersifat psikologi murni yang dirumuskandalam istilah
psiko-analisis dan psikologi sosial. Kelima, menekankan halhalyang bersifat
struktur yang membicarakan pola-pola dan organisasikebudayaan. Keenam,
kebudayaan dipahami sebagai hasil perbuatan ataukecerdasan manusia. Grover
merumuskan kebudayaan sebagai hasilpergaulan atau perkumpulan manusia. Dalam
hal ini juga ditekankanpikiran-pikiran dan lambang-lambang. Ketujuh merupakan
defenisidefenisiyang tidak lengkap dan tidak bersistem.Alisjahbana maupun
Koentjaraningrat mengakui bahwa banyaksekali defenisi-defenisi kebudayaan yang
mengacu pada suatu disiplinilmu tertentu, bukan saja antropologi, tetapi juga
sosiologi, filsafat, sejarahmaupun kesusasteraan. Berdasarkan ilmu Antroplogi,
Koentjaraningratmendefenisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan,
tindakandan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yangdijadikan
milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan culture, dalam kata Sanskerta adalah
buddhayah, dalambentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian, kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal,
ataudaya dari budi. Zoetmulder juga melihat kodrat manusia dengan akalbudinya
merupakan titik tolak kebudayaan.Selanjutnya, Soerjanto Poespowardojo dalam
memaknai kebudayaanmenegaskan bahwa:Kebudayaan adalah identitas suatu bangsa.
Dengan demikian,jelaslah bahwa kebudayaan bukan sekedar pakaian, melainkanhidup
yang memolakan setiap sikap dan perbuatan berdasarkannilai yang dihayati.
Kebudayaan di satu pihak adalah ciptaanpribadi-pribadi manusia, namun juga
merupakan ciptaan seluruhmasyarakat, karena seseorang tidak mungkin menciptakan
karyabudayanya tanpa pengaruh dan pembentukan dari masyarakat,dimana dia
dibesarkan. Maka, kebudayaan adalah keseluruhanwarisan yang dilanjutkan dari
generasi yang satu ke generasiseterusnya.Stephen K. Sanderson tidak melihat
kebudayaan sebagai pewarisansecara biologis, tetapi ”kebudayaan sebagai
keseluruhan karakteristik paraanggota sebuah masyarakat, termasuk peralatan,
pengetahuan, dan caraberpikir dan cara bertindak yang telah terpolakan, yang
dipelajari dandisebarkan serta bukan merupakan hasil dari pewarisan
biologis.Sanderson membagi empat karakteristik utama kebudayaan,
pertama,kebudayaan mendasarkan diri pada simbol. Simbol sangat esensial
bagikebudayaan, karena ia merupakan mekanisme yang diperlukan untukmenyimpan
dan mentransmisikan sejumlah besar informasi yangmembentuk kebudayaan. Kedua,
kebudayaan itu dipelajari dan tidaktergantung kepada pewarisan biologis dalam
transmisinya. Ketiga,kebudayaan adalah sistem yang dipikul bersama oleh anggota
suatu masyarakat, yakni, ia merupakan representasi dari para anggotamasyarakat
yang dipandang secara kolektif daripada individual.
·
Unsur-Unsur
Kebudayaan
Unsur Kebudayaan adalah istilah lain dari
komponen-komponen pokok yang menjadi pembentuk suatu kebudayaan.Apakah
kebudayaan itu? Untuk mengetahui dan mengenal apakah itu Kebudayaan silah
baca artikel tentang pengertian dan definisi Budaya dan
Kebudayaan di sini . Kebudayaan secara garis besar dapat di
definisikan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang dilakukan secara
sadar dalam kehidupan masyarakat.
· Cipta
adalah kemampuan akal pikiran yang menghasilkan ilmupengetahuan
· Rasa
adalah kemampuan indra yang mendorong manusia unuk mengembangkan rasa keindahan
yang melahirkan karya-karya seni yang agung
· Karsa
adalah kehendak manusia terhadap adanya kesempurnaan hidup, kemuliaan dan
kebahagiaan
Berdasarkan pengertian dan definisi diatas
tentang kebudayaan, maka dapat diketahui bahwa secara umum kebudayaan memiliki
7 unsur penting yang menjadi komponen pokok pembentuk kebudayaan, yaitu:
Tujuh unsur kebudayaan
1. Unsur peralatan dan erlengkapan hidup,
seperti: rumah, pakaian, kendaraan, dll
2. Unsur mata pencaharian / perekonomian,
seperti pegawai, petani, buruh, dll
3. Unsur sistem kemasyarakatan, yang meliputi:
hukum, kekerabatan, perkawinan, dll
4. Unsur bahasa baik lisan maupun tulisan yang
berfungsi sebagai alat komunikasi
5. Unsur Kesenian, seperti seni tari,
seni musik , seni rupa, dll
6. unsur ilmu pengetahuan dan teknologi
7. Unsur agama dan kepercayaan
·
Wujud
Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman (dalam Koentjaraningrat,
1986), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
1. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi , mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang ber- dasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret , terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Pada kenyataannya, kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu kebudayaan material dan kebudayaan non- material. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
·
Orientasi
Nilai Budaya
Marilah kita menyadari,
kebudayaan bukanlah kreasionisme. Kebudayaan melakukan banyak penyimpangan dari
desain besar yang ingin mengendalikannya. Sudah saatnya menganggap selesai
perdebatan tentang orientasi utama dan bentuk terakhir kebudayaan Indonesia.
Setiap orang secara potensial adalah pencipta kebudayaan.
(NIRWAN DEWANTO, Senjakala Kebudayaan, Yayasan Bentang Budaya 1996)
Dari pernyataan tersebut di atas, sesungguhnya kita sedang digugah untuk menyadari bahwa desain besar kebudayaan kita sedang dalam kondisi kritis. Sebagai contoh, kebudayaan tradisional yang agung (High Culture) telah terkalahkan oleh budaya modern (Dinamice Culture) yang didukung oleh sains dan teknologi. Kebudayaan yang mendunia (baca globalisasi) sekarang pun terbukti mengalami krisis karena telah gagal mensejahterakan masyarakat secara umum. Kebudayaan modern, meskipun telah banyak kemajuan di bidang sains dan teknologi, namun secara ekonomi hanya menguntungkan pihak tertentu saja, dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan sebagai produsen dan pemilik sumber kebudayaan modern yang cenderung mempengaruhi dan mengusai kebudayaan dunia.
Maka menjadi wajar kebudayaan modern melahirkan kebudayaan destrukrif misalnya berupa demonstrasi, bahkan anarkis menjadi bagian kebudayaan orang-orang yang merasa dirugikan (contoh : demo buruh dan karyawan menuntut perbaikan upah untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraannya). Kesejahteraan buruh sangat ditentukan oleh kepemilikan kapital (kebudayaan materialisme). Maka peran pemerintah sebagai penentu kebudayaan yang seharusnya mensejahterakan rakyat menjadi bergeser sebagai penjaga keamanan, ujung-ujungnya demi capital juga pemerintah melakukan represi dan penindasan kepada rakyat yang tidak menguntungkan kebijakannya. Pemerintah menjadi agen bagi pemilik modal raksasa (baca: ekonomi sebagai panglima), misalnya dalam kasus Freeport dan masyarakat Timika yang terbelakang pendidikannya.
(NIRWAN DEWANTO, Senjakala Kebudayaan, Yayasan Bentang Budaya 1996)
Dari pernyataan tersebut di atas, sesungguhnya kita sedang digugah untuk menyadari bahwa desain besar kebudayaan kita sedang dalam kondisi kritis. Sebagai contoh, kebudayaan tradisional yang agung (High Culture) telah terkalahkan oleh budaya modern (Dinamice Culture) yang didukung oleh sains dan teknologi. Kebudayaan yang mendunia (baca globalisasi) sekarang pun terbukti mengalami krisis karena telah gagal mensejahterakan masyarakat secara umum. Kebudayaan modern, meskipun telah banyak kemajuan di bidang sains dan teknologi, namun secara ekonomi hanya menguntungkan pihak tertentu saja, dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan sebagai produsen dan pemilik sumber kebudayaan modern yang cenderung mempengaruhi dan mengusai kebudayaan dunia.
Maka menjadi wajar kebudayaan modern melahirkan kebudayaan destrukrif misalnya berupa demonstrasi, bahkan anarkis menjadi bagian kebudayaan orang-orang yang merasa dirugikan (contoh : demo buruh dan karyawan menuntut perbaikan upah untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraannya). Kesejahteraan buruh sangat ditentukan oleh kepemilikan kapital (kebudayaan materialisme). Maka peran pemerintah sebagai penentu kebudayaan yang seharusnya mensejahterakan rakyat menjadi bergeser sebagai penjaga keamanan, ujung-ujungnya demi capital juga pemerintah melakukan represi dan penindasan kepada rakyat yang tidak menguntungkan kebijakannya. Pemerintah menjadi agen bagi pemilik modal raksasa (baca: ekonomi sebagai panglima), misalnya dalam kasus Freeport dan masyarakat Timika yang terbelakang pendidikannya.
Pendidikan Pasar
Paradigma kebudayaan modern telah menjadikan dunia spiritual termasuk seni dan agama cukup sebagai komoditi yang perlu diperhitungkan dengan nilai harga jualnya. Pendidikan mahal menjadi keniscayaan karena kebutuhan sarana dan prasarana menjadi penting, termasuk pula teknologi pendidikan menjadi ukuran kualitas lembaga pendidikan yang mendunia. Keberhasilan transformasi ilmu guru kepada murid juga diukur dari penguasaan peralatan mengajar yang digunakan gurunya.
”Globalisaasi”, Dulu notebook bermakna buku sekarang bermakna laptop, artinya teknologi telah mampu merubah makna kata dari pemahaman konsumennya. Pemahaman konsumen ternyata mudah dibentuk oleh produsen atau bahasa lokal telah dikalahkan oleh bahasa global. Dalam konteks kebudayaan, bahasa Indonesia telah tercerabut dari akarnya dan selanjutnya image kepada guru yang tidak menguasai teknologi dianggap ketinggalan, atau mungkin diragukan kemampuan mengajarnya. Maka sekolah atau lembaga pendidikan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk melatih guru-guru menggunakan teknologi modern.yang belum tentu bisa, karena tidak memiliki perangkat sendiri yang mahal harganya. Apalagi guru-guru “tradisi” seperti Umar Bakri (simak lagu ciptaan Iwan Fals). Mungkin lebih tepat guru-guru melagukan Song theme “Hous For Sale” By Bule.
Kebudayaan Alternatif
Namun untuk kembali ke tradisi sudah tidak mungkin lagi, kecuali mencari pijakan kebudayaan pendidikan baru yang dinamis namun tidak bergantung pada biaya tinggi. Pembelian produk teknologi yang berkembang cepat dan menuntut konsumen untuk terus mengikuti, tentu saja berat kecuali Indonesia menjadi negara produsen teknologi tinggi. Untuk ini kita tidak bisa percaya pada ramalan para ahli globalisasi. Di dalam zaman kita ini, kenyataan bukanlah hal yang mudah ditangkap. Kenyataan adalah fragmentasi dari kebudayaan yang telah terbelah-belah oleh kekuatan ekonomi (mass culture). Dalam hal ini, selera pasar menjadi penting untuk diperhitungkan lagi. Kesejahteraan guru haruslah dilihat sebanding dan sejajar dengan pendapatan selebrities.Tujuan kebudayaan tak lain untuk kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia di mana saja dan sebagai apa saja. (Surat kepercayaan gelanggang 1960: Kami adalah pewaris sah kebudayaan dunia).
Sejuta Milyar Satuan
Kawan, peran apa yang kau berikan untuk mengisi kemerdeekaan ini?
Pernyataan puitis tersebut di atas, mempertegas bahwa posisi kebudayaan sesungguhnya berada pada diri kita masing-masing sebagai pelaku (seleksi terhadap pengaruh asing dalam lingkup “kebudayaan”). Kebudayaan saling-silang (baca kebudayaan tarik-ulur) lalu melahirkan kebudayaan post-modern yang muncul dan kemudian dianggap gagal karena merancukan keyakinan beragama bagi masyarakat (umat) penganutnya. Oleh karena itu, sebagai jawaban kita pasti bersepakat dengan Islam, misalnya ayat 136 surat Al Baqarah yang jelas menyatakan:
Katakanlah :”Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya (kami beriman) kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan kepada apa yang diberikan kepada para nabi dari tuhanNya. Kami tiada membeda-bedakan satu dari lainnya dari antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Allah”.
·
Perubahan
Kebudayaan
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam
masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia
memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu
setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang.
Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan
perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian,
sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi
perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang
lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun
demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut
sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari
organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat
dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar
organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara
berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat
komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan
karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut
Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan
kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.
Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat
memenuhi kebutuhannya.
Kebudayaan
lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus
tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.
Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang
sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya
zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya,
masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis
dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal
dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya
asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya
tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing
mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah
identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga
keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai
dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari
negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita
yang mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat
dngan masuknya budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam
tata cara berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara
berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya budaya luar
mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka aurat
serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita.Sebagai
contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga mulai terpengaruh
budaya luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari
luar seperti KFC,steak,burger,dan lain-lain.Masyarakat menganggap
makanan-makanan tersebut higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita sadari
makanan-makanan tersebut juga telah menjadi menu keseharian dalam kehidupan
kita.Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis makanan
tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak
cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal
dari daerah asal mereka.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana
mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan
sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama
Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleg negara
lain.Berikut beberapa hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan
budaya.
1. Kekuatan
§ Keanekaragaman budaya lokal yang ada di
Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang
dapatdijadikan sebagai ke aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal
negara lain. Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap
daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian
adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat
dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata
Internasional.
§ Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di
Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat,
tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal
ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis asing
yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat
daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini
membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki cirri khas yang unik.
§ Kebudayaan Lokal menjadi sumber
ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya lokal yang dimiliki Indonesia
merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu,
budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa
tetap kokoh.
2. Kelemahan
§ Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal
sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang
lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti
budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di
sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan cirri khas
dari budaya tersebut.
§ Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar
tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi
budaya ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak
turunnya ketahanan budaya bangsa.
§ Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak
dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari
budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui
pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara
mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
3. Peluang
§ Indonesia dipandang dunia Internasional
karena kekuatan budayanya
Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik,
Indonesia akan di pandang sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya
di mata Internasioanal.
§ Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa
persatuan
Usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal
agar dapat memperkokoh budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena
adanya saling menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi
budaya bangsa yang kokoh.
§ Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia sering kali menarik perhatian
para turis mancanegara. Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan
devisa bagi negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya
aksi pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
§ Multikuturalisme
Dalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Lancang Kuning, Riau, Dr Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa
multikulturalisme meberikan peluang bagi kebangkitan etnik dan kudaya lokal
Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini adalah pendidikan budaya dan
komunikasi antar budaya.
4. Tantangan
§ Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi
tantangan tersendiri bagi suatu negara untuk mempertahankan budaya lokalnya.
Karena seiring perubahan lingkungan alam dan fisik, pola piker serta pola hidup
masyakrkat juga ikt berubah
§ Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat,
kemajuan teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan
ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat
dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya.
Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim penangkapan iakn di wilayah adatnya,
namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh masyarakatnya.
§ Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri
agar budaya lokal tetap terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan
sebagai penyeimbang di tengah perkembangan zaman. Perubahan budaya dan arus
globalisasi mengakibatkan beberapa budaya tersingkirkan
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat
tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang
lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai
dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan
sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya
saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna
globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa
menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum
lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini
makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian
populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca
negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian
memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah
berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian
dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.
Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran
hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika
dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia
yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk
ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu
berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya
perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem
ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser
ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat
ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan
berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai
kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus
berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi
informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang
ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi
masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai
seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.
Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di
Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada
pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu
bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan
moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik,
menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun
1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”.
Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian
tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami
oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian
tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti
semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang
tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu
beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah
menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional
“Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di
atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri,
terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak
panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk
kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan
zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu
beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang
wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati
masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara
langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu
menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya
minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan
Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal
seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa
bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan
sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
·
Kaitan
Manusia Dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat
erat terkait satu sama lain. Manusia di alam dunia ini mememgang peran yang unik,
dan dapat di pandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan
makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap
kegiatan sering disebuthomo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), makhluk yang
selalu ingin memiliki kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya dan lain
sebagainya.
Contoh hubungan manusia dengan kebudayaan
1. Secara sederhana
hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia, tetapi
apakah sederhana itu hubungan keduannya? Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan
dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduannya berbeda tetapi keduannya
merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan
itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya.
Tampak bahwa keduannya akhirnnya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang
dapat kita lihat adalah hubungan anatara manusia dengan peraturan – peraturan
kemasyarakatnya. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah
peraturan itu jadi maka yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang
dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak
dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupkan perwujudan
dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan
tidak akan jauh menyimpang dari kemauaan manusia yang membuatnya. Apabila anusia
melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaaan manusia, dia akan menjadi terasing
atau telinasi.
2. Manusia dan
kebudayaan atau manusia dan masyarakat oleh karna itu memiliki hubungan
keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak bisa
lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusi atau kebudayaan. Analisa
terhadap keberadaan keduannya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu
agar analisis dapat dilakukan dengan lebih cermat.
·
Masyarakat
dan kebudayaan bersifat dialektis
Kebudayaan sering diartikan sama dengan kemanusiaan. Manusia menciptakan kebudayaan karena hakikat kemanusiaannya, dan setelah kebudayaan tercipta, dengan itu manusia melestarikan ”peri kemanusiaannya” (Dharmayuda, 1995: 1). Menurut Widagdho,dkk (2003: 21), bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari kedua pengertian tersebut, terlihat bahwa antara masyarakat dan kebudayaaan memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak dapat berdiri sendiri. Hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu, yaitu manusia yang hidup karena manusia itu sendiri. Selain itu pula manusia dikatakan sebagai makhluk sosial (Homo Socialicus), yaitu manusia tidak dapat hidup dan berkembang tanpa bantua dari manusia yang lainnya. Selain hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, hakikat lain dari manusia seperti makhluk religius (makhluk yang memiliki kepercayaan atau keyakinan tertentu), makhluk ekonomi (Homo Economicus : makhluk yang berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya dan selalu mencari keuntungan), makhluk menyejarah (makhluk yang mempunyai sejarah dalam kehidupannya dan menciptakan sejarah dalam perkembangan peradabannya), makhluk membudaya (makhluk yang selalu menghasilkan kebudayaan untuk menjaga eksistensinya, sebagai akibat manusia memiliki akal dan budi), makhluk transedentalia (makhluk yang jauh dari hal-hal yang bersifat empirik, selalu percaya akan adanya kekuatan lain di luar dirinya), dan makhluk idealita (makhluk yang percaya bahwa abstraksi dari pikiran dan gagasan merupakan hal yang paling idealis).
Terkait dengan hal itu, manusia akan menghasilkan kebudayaan yang memiliki hakikat tersendiri yang terdiri dari wujud dan unsur universal kebudayaan. Berdasarkan wujudnya, kebudayaan terbagi menjadi tiga wujud, yaitu seperti yang diungkapkan oleh J.J. Honigmann bahwa wujud kebudayaan berupa (1) ideas, (2) activities, (3) artefacts (Koentjaraningrat dalam Alfian, 1985). Jadi kebudayaan dapat berwujud ide/konsep, aktivitas sosial, dan benda fisik hasil karya manusia. Sedangkan dilihat dari unsur universalnya, maka kebudayaan terbagi menjadi 7 unsur yaitu :
- Sistem religi/kepercayaan
- Sistem organisasi kemasyarakatan
- Bahasa
- Sistem mata pencaharian
- Sistem pengetahuan
- Kesenian
- Sistem teknologi
Jadi antara masyarakat dan kebudayaan terjadi hubungan yang bersifat dialektis, artinya antara hakikat yang terdapat pada manusia itu berpengaruh dan mempengaruhi hakikat yang ada pada kebudayaan. Kebudayaan merupakan desain kehidupan manusia (design for living). Hubungan masyarakat dan kebudayaan yang bersifat dialektis ini sering disebut dengan Dialektika Budaya.
·
Dalam
dialektika budaya terjadi tiga proses antara lain :
a. Proses
eksternalisasi : pencurahan hati secara terus menerus terhadap produknya
sendiri sehingga menghasilkan suatu karya/budaya.
b. Proses
internalisasi : proses pengkajian kembali sehingga menghasilkan suatu objek.
c. Proses
obyektivasi : proses yang berusaha menghasilkan kembali suatu produk budaya.
Terlepas dari proses yang terjadi, salah satu contoh
yang dapat kita ambil dari dialektika kebudayaan adalah bahwa berdasarkan
ciri-cirinya, suatu masyarakat mempunyai sistem sosial keseluruhan di mana para
anggotanya memiliki tradisi dan bahasa yang sama (Keesing, 1989: 75). Di sana
dapat kita lihat adanya hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang terbentuk
dalam suatu kelompok masyarakat dikaitkan dengan salah satu unsur kebudayaan,
yaitu bahasa.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar