Jawa tengah adalah propinsi dimana budaya jawa banyak berkembang disini karena di jawa tengah dahulu banyak kerajaan berdiri disini itu terlihat dari berbagai peninggalan candi di jawa tengah.
mahakarya yang sungguh mempesona adalah batik di jawa tengah setiap daerah mempunya corak batik tulis yang berbeda beda mereka mempunyai ciri khas sendiri sendiri selain batik ada juga kesenian yang tak kalah luar biasanaya ada wayang kulit yang sudah dia kaui dunia sebagai warisan budaya dunia oleh unesco ada juga tembang tembang (lagu lagu ) jawa yang diiringi oleh gamelan (alat musik) yang juga dikenal dengan campursariada juga ketoprak yang merupakan pertunjukan seni peran khas dari jawa.
di jawa tengah juga masih ada kerjaan yang sampai sekarang masih berdiri tepatnya dikota solo yang dikenal dengan kasunanan solo,
Inilah pakaian, alat musik, senjata, rumah adat dan tarian adat jawa tengah.
Sebagai Berikut :
Untuk alat musik yaitu :
Gamelan
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya
menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada
instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan
dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang
berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda.
Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa,Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran
dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18,
istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang
mendominasi Indonesia pada
awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia.
Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada
zaman Kerajaan Majapahit. Dalam
perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik
gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan
dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh
tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama
menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik
kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.[rujukan?]
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan diCandi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad
ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran,
kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen
alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan
sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses
yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara
penalaan, yaitusléndro, pélog,
“Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal
sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak di pakai di
Eropa.
Untuk Pakaian adat jawa tengah yaitu :
Kebaya
Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh
wanita Indonesia dan Malaysia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan
dengan sarung, batik,
atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni.
Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok[rujukan?] ratusan
tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, danSulawesi. Setelah akulturasi yang
berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat.
Sebelum 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang
hanya dikenakan keluarga kerajaan di sana. Selama masa kendali Belanda di pulau
itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama
masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan
sutera dengan sulaman warna-warni.
Pakaian yang mirip yang disebut “nyonya kebaya” diciptakan
pertama kali oleh orang-orang
Peranakan dari
Melaka. Mereka mengenakannya dengan
sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang
disebut “kasut manek”. Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan
juga terkenal di antara wanita non-Asia.
Terpisah dari kebaya tradisional, perancang mode sedang mencari
cara memodifikasi desain dan membuat kebaya menjadi pakaian yang lebih modern.
Kebaya yang dimodifikasi itu malah bisa dikenakan dengan jins atau rok.
Untuk Senjata khas adatnya yaitu :
K E R I S
Keris merupakan suatu hasil olah budaya yang penyebarannya
cukup
luas, di hampir seluruh daerah Nusantara dikenal keris. Ada
Keris yang berasal dari Makassar, Keris
Melayu, Keris Bali, dan sebagainya, serta tentu saja Keris
Jawa. Di Malaysia dan Bruneipun dapat
ditemukan keris. Bahkan Moebirman (dalam buku “Keris Senjata
Pusaka”) menyatakan: “.., hanya
senjata keris yang merupakan senjata kesatuan budaya
Indonesia, dan terdapat hampir di seluruh
pelosok kepulauan Nusantara kita”.
Untuk Tarian adatnya yaitu :
Tari Merak
Tari Merak merupakan tarian kreasi baru dari tanah Pasundan
yang diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950an dan dibuat ualng
oleh dra. Irawati Durban pada tahun 1965 . Banyak orang salah kaprah mengira
jika tarian ini bercerita tentang kehidupan dan keceriaan merak betina, padahal
tarian ini bercerita tentang pesona merak jantan yang terkenal pesolek untuk
menarik hati sang betina.
Sang jantan akan menampilkan keindahan bulu ekornya yang
panjang dan berwarna-warni untuk menarik hati sang betina. Gerak gerik sang
jantan yang tampak seperti tarian yang gemulai untuk menampilkan pesona dirinya
yang terbaik sehingga sang betina terpesona dan melanjutkan ritual perkawinan
mereka.
Setiap gerakan penuh makna ceria dan gembira, sehingga
tarian ini kerap digunakan sebagai tarian persembahan bagi tamu atau menyambut
pengantin pria menuju pelaminan.
Kostumnya yang berwarna warni dengan aksen khas burung merak
dan ciri khas yang paling dominan adalah sayapnya dipenuhi dengan payet yang
bisa dibentangkan oleh sang penari dengan satu gerakan yang anggun menambah
indah pesona tarian ini, serta mahkota yang berhiaskan kepala burung merak yang
disebut singer yang akan bergoyang setiap penari menggerakkan kepalanya.
Dalam setiap acara tari Merak paling sering ditampilkan
terutama untuk menyambut tamu agung atau untuk memperkenalkan budaya Indonesia
terutama budaya Pasundan ke tingkat Internasional.
Untuk Rumah adatnya yaitu :
Rumah Joglo
Rumah Joglo ini kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang
mampu. Hal ini disebabkan rumah bentuk joglo membutuhkan bahan bangunan yang
lebih banyak dan mahal daripada rumah bentuk yang lain. Masyarakat jawa pada
masa lampau menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh orang
kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan,
istana raja, dan pangeran, serta orang yang terpandang atau dihormati oleh
sesamanya saja. Dewasa ini rumah joglo digunakan oleh segenap lapisan
masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan dan
kantor-kantor.
Banyak kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah
untuk membuat rumah bentuk joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan
yang lebih banyak, juga membutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah
tersebut mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki.
Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun
turut berpengaruh, terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang
tua kepada anaknya. Jika keturunan seseorang yang memiliki rumah bentuk joglo
mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harus memperbaiki serta harus
mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biaya secukupnya. Ini akan
menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatu
kepercayaan, bahwa pengubahan bentuk joglo pada bentuk yang lain merupakan
pantangan sebab akan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas kehidupan
selanjutnya, misalnya menjadi melarat, mendatangkan musibah, dan sebagainya.
Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar.
Pada mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut
saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar
tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atas makin melebar. Jadi awalnya
hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zaman sekarang. Perkembangan
selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagian samping, sehingga
tiang di tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalami
perubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya
bersifat sekedar tambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat perubahan
konstruksi.
Dari perubahan-perubahan tersebut timbulah bentuk-bentuk
rumah joglo yang beraneka macam dengan namanya masing-masing. Adapaun,
jenis-jenis joglo yang ada, antara lain : joglo jompongan, joglo kepuhan
lawakan, joglo ceblokan, joglo kepuhan limolasan, joglo sinom apitan, joglo
pengrawit, joglo kepuhan apitan, joglo semar tinandu, joglo lambangsari, joglo
wantah apitan, joglo hageng, dan joglo mangkurat.
Inilah sebagian Tradisi jawa tengah.
Sebagai berikut :
DugDeran
Dugderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa bulan
puasa telah datang, dulu dugderan merupakan sarana informasi Pemerintah Kota
Semarang kepada masyarakatnya tentang datangnya bulan Ramadhan. Dugderan
dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder, diambil dari
perpaduan bunyi dugdug, dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan
dengan derr.
Kegiatan ini meliputi pasar rakyat yang dimulai sepekan
sebelum dugderan, karnaval yang diikuti oleh pasukan merahputih, drumband,
pasukan pakaian adat “BINNEKA TUNGGAL IKA” , meriam , warak ngendok dan
berbagai potensi kesenian yang ada di Kota Semarang. Ciri Khas acara ini adalah
warak Ngendok sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga
kulit sisik emas, visualisasi warak ngendok dibuat dari kertas warna – warni.
Acara ini dimulai dari jam 08.00 sampai dengan maghrib di hari yang sama juga
diselenggarakan festival warak dan Jipin Blantenan.
Sejarah “Dugder”
Sudah sejak lama umat Islam berbeda pendapat dalam
menentukan hari dimulainya bulan Puasa, masing-masing pihak biasanya ingin
mempertahankan kebenarannya sendiri-sendidi, hal tersebut sering menimbulkan
beberapa penentuan dimulainya puasa ini mendapat perhatian yang berwajib. Hal
ini terjadi pada tahun 1881 dibawah Pemerintah Kanjeng Bupari RMTA
Purbaningrat.Beliaulah yang pertama kali memberanikan diri menentukan nulainya
hari puasa, yaitu setelah Bedug Masjid Agung dan Maeriam di halaman
Kabupaten dibunyikan masing-masing tiga kali. Sebelum membunyikan bedug dan
meriam tersebut, diadakan upacara dihalaman Kabupaten
Adanya upacara Dug Der tersebut makin lama makin menarik
perhatian masyarakat Semarang dan sekitarnya, menyebabkan datangnya para
pedagang dari berbagai daerah yang menjual bermacam0macam makanan, minuman dan
mainan anak-anak seperti yang terbuat dari tanah liat ( Celengan, Gerabah),
mainan dari bambu ( Seruling, Gangsingan), mainan dari kerta (Warak Ngendog)
Prosesi “Dugder”
Meskipun jaman sudah berubah dan berkembang namun tradisi
Dug Der masih tetap dilestarikan. Walaupun pelaksanaan Upacara Tradisi ini
sudah banyak mengalami perubahan, namun tidak mengurangi makna Dug Der itu
sendiri. Penyebab perubahan pelaksanaan antara lain adalah pindahnya Pusat
Pemerintahan ke Balaikota di Jl Pemuda dan semakin menyempitnya lahan Pasar
Malam, karena berkembangnya bangunan-bangunan pertokoan di seputar Pasar
Johar.Upacara Tradisi Dug Der sekarang dilaksanakan di halaman Balaikota dengan
waktu yang sama, yaitu sehari sebelum bulan Puasa. Upacara dipimpin langsung
oleh Bapak Walikota Semarang yang berperan sebagai Adipati Semarang.Setalah
upacara selesai dilaksnakan, dilanjutkan dengan Prosesi/Karnaval yang diikuti
oleh Pasukan Merah Putih, Drum band, Pasukan Pakaian Adat “ Bhinneka Tunggal
Ika “, Meriam, Warak Ngendog dan berbagai kesenian yang ada di kota Semarang.
Ruwatan Tradisi adat jawa tengah :
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata ruwatan adalah upacara membebaskan orang dari nasib buruk yang akan menimpa, sedangkan meruwat adalah memulihkan kembali sebagai keadaan semula.
Sesungguhnya Ruwatan adalah tradisi adat jawa tengah yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, namun pada kenyataannya banyak mayrakat di luar Jawa Tengah yang melakukannya. Walaupun sudah hidup di era modern seperti saat ini, tradisi ruwataan seolah tak lekang oleh waktu.
Masyarakat jawamasih banyak yang percaya dan melakukan prosesi ruwatan ini. Mereka percaya bahwa orang-orang yang sedang dalam sukerta atau kesusahan akan dimangsa oleh Batara Kala, yaitu sosok yang mewakili kejahatan di bumi berwujud raksasa besar yang kejam dan menakutkan serta suka memangsa.
Oleh karena itu, orang-orang sukerta ini harus diselamatkan dengan cara melakukan prosesi spiritual dengan cara diruwat agar sengkalaatau kesialan hidupnya dapat dibuang. Supaya selanjutnya bisa hidup selamat sejahtera dan bahagia.
Ruwatan Murwakala
Di antara jenis ruwatan
yang ada, ruwatan Murwakala adalah yang paling terkenal dan lazim dilakukan.
Dalam ruwatan ini, seorang dalang akan melakukan penyiraman air suci dan
pengguntingan rambut para
peserta ruwat dan kemudian rambut tersebut akan dilarung ke laut.
Setelah itu,
dipergelarkan wayang kulit dengan
cerita Murwakala, yaitu orang-orang yang diselamatkan hidupnya dari ancaman
Betara Kala dengan cara diruwat. Dalang yang memimpin prosesi ini adalah dalang
yang sudah menjalani tirakat sebelum ruwatan dilaksanakan. Biasanya, ruwatan
ini dilaksanakan pada tanggal 1 Syuro atau 1 Muharam.
Proses Persiapan
Ada beberapa hal yang
harus terpenuhi sebelum upacara ruwatan dimulai, yaitu:
·
Beraneka macam sesaji sudah tersedia.
·
Upacara harus dipimpin
dalang sepuh yang telah melakukan tirakat sebelumnya.
·
Panggung untuk pagelaran
wayang kulit berikut gamelan, penabuh dan pesindennya.
·
Sukerta atau para
peserta ruwat harus berpakaian serba putih bersih yang merupakan simbol kesucian.
·
Para orangtua sukerta
harus berpakaian adat Jawa
lengkap.
Proses Pelaksanaan
·
Serah terima para
sukerta antara perwakilan orangtua sukerta dengan Ki Dalang menandakan bahwa
mereka sudah siap untuk diruwat. Pada saat acara serah terima ini berlangsung, aroma dupa
yang menusuk akan segera terasa sehingga menambah sakral suasana.
·
Setelah acara serah
terima selesai, para sukerta dipersilakan duduk di belakang kelir wayang. Cara
duduk para sukerta ini selama pagelaran wayang berlangsung haruslah duduk
bersila bukan duduk sembarangan sesuka hati.
·
Selama pagelaran wayang
berlangsung, para sukerta harus menyimak semua yang diucapkan Ki dalang seperti
cerita Murwakala dari Ki Dalang, nasihat, kidung, doa dan mantra dan dilarang
ngobrol atau tindakan yang tidak sopan lainnya.
Sumber :